Jumat, 11 November 2011

Cyber-bullying


 A.     Sekilas tentang Cyberspace
                Cyberspace atau dunia maya adalah media elektronik dalam jaringan komputer yang banyak dipakai untuk keperluan komunikasi satu arah maupun timbal-balik secara online (terhubung langsung). Cyberspace ini merupakan integrasi dari berbagai peralatan teknologi komunikasi dan jaringan komputer (sensor, tranduser, koneksi, transmisi, prosesor, signal, kontroler) yang dapat menghubungkan peralatan komunikasi (komputer, telepon genggam, instrumentasi elektronik, dan lain-lain) yang tersebar di seluruh penjuru dunia secara interaktif. Kata "cyberspace" (dari cybernetics dan space) berasal dan pertama kali diperkenalkan oleh penulis novel fiksi ilmiah, William Gibson dalam buku ceritanya, "Burning Chrome", 1982 dan menjadi populer pada novel berikutnya, Neuromancer, 1984.


B.      Cyber-bullying
                Cyber-bullying atau kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari National Institutes of Health (NIH) mengungkapkan kekerasan melalui dunia maya efeknya lebih besar terhadap korban. Intimidasi secara fisik atau verbal pun menimbulkan depresi. Korban cyber-bullying mengalami tingkat depresi lebih tinggi, mereka sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang. Menurut Bryan Piotrowski dalam bukunya, Information for Educators, cyber-bullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman sepantaran melalui media cyber atau internet.

1.       Hal-hal yang menyebabkan cyber-bullying
                Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang kompleks. Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya bullying. Faktor-faktor penyebabnya antara lain keluarga, sekolah dan kelompok sebaya. Penyebab terjadinya cyber-bullying ini bisa jadi karena dendam, kemarahan atau perasaan frustasi. Bisa juga karena pelaku memang hanya sekedar iseng dan menjadi suatu kebiasaan untuk melakukannya. Atau bisa jadi, pelaku adalah orang-orang yang di kehidupan nyatanya termasuk golongan yang tidak dianggap atau tidak punya kekuatan. Dengan melakukan cyber-bullying, mereka merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang berkuasa.

2.       Contoh kasus cyber-bullying
                Ada beberapa contoh kasus yang pernah terjadi, diantaranya seperti yang terjadi pada salah satu milis komunitas perempuan. Ada salah satu anggota milis tersebut yang menjadi korban kaget saat tahu nama dan nomor ponselnya masuk dalam daftar kontak “wanita nakal siap dihubungi” disebuah halaman internet. Nasib yang sama ternyata juga menimpa anggota milis wanita lainya. Ternyata, data pribadi yang mereka suplai untuk kepentingan milis telah dicuri dan disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang disini biasa kita sebut sebagai pelaku cyber-bullying. Dari kejadian ini membuat kedua wanita tersebut trauma setiap kali mendengar dering ponselnya sendiri dan sering kali ponsel mereka berdering pada tengah malam.







3.       Pencegahan cyber-bullying
                Sebelum anak Anda atau kita sendiri menjadi korban, mari cermati dan lakukan 7 tips untuk mencegah dan menghentikan cyber-bullying :
1.       Jangan merespon. Para pelaku bullying selalu menunggu-nunggu reaksi korban. Untuk itu, jangan terpancing untuk merespon aksi pelaku agar mereka tidak lantas merasa diperhatikan.
2.       Jangan membalas aksi pelaku. Membalas apa yang dilakukan pelaku cyber-bullying akan membuat Anda ikut menjadi pelaku dan makin menyuburkan aksi tak menyenangkan ini.
3.       Adukan pada orang yang dipercaya. Jika anak-anak yang menjadi korban, mereka harus melapor pada orang tua, guru, atau tenaga konseling di sekolah. Selain mengamankan korban, tindakan ini akan membantu memperbaiki sikap mental pelaku.
4.       Simpan semua bukti. Oleh karena aksi ini berlangsung di media digital, korban akan lebih mudah meng-capture, lalu menyimpan pesan, gambar atau materi pengganggu lainnya yang dikirim pelaku, untuk kemudian menjadikannya sebagai barang bukti saat melapor ke pihak-pihak yang bisa membantu.
5.       Segera blokir aksi pelaku. Jika materi-materi pengganggu muncul dalam bentuk pesan instan, teks, atau komentar profil, gunakan tool preferences/privasi untuk memblok pelaku. Jika terjadi saat chatting, segera tinggalkan chatroom.
6.       Selalu berperilaku sopan di dunia maya. Perilaku buruk yang dilakukan, seperti membicarakan orang lain, bergosip, atau memfitnah, akan meningkatkan risiko seseorang menjadi korban cyber-bullying.
7.       Jadilah teman, jangan hanya diam. Ikut meneruskan pesan fitnah atau hanya diam dan tidak berbuat apa-apa akan menyuburkan aksi bullying dan menyakiti perasaan korban. Suruh pelaku menghentikan aksinya, atau jika pelaku tidak diketahui bantu korban menenangkan diri dan laporkan kasus tersebut ke pihak berwenang


Sumber :
         i.            http://id.wikipedia.org/wiki/Dunia_maya
       ii.            http://www.mediaindonesia.com/read/2010/09/09/169941/78/22/Cyber-Bullying-dan-Depresi
      iii.            http://www.stopcyberbullying.org
       v.            http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5009894

Tidak ada komentar:

Posting Komentar